Perayaan Kemerdekaan Sebagai Wujud Muhasabah Diri Dalam Pendidikan Bangsa
![]() |
| Perayaan Kemerdekaan Sebagai Wujud Muhasabah Diri Dalam Pendidikan Bangsa |
Jauh sebelum kemerdekaan atau bahkan sebelum imperium belanda datang dan menguasai negeri jamrud katulistiwa ini, Indonesia telah menjadi bangsa yang terdidik. tidak mungkin budaya bangsa ini berkembang sedemikian rupa mulai sejak masa kerajaan hindu-buda, seperti singajasi, majapahit, dilanjutkan dimasa kesultanan, seperti demak, pajang atau bahkan sampai mataram, kalau penduduknya tak terdidik. Memang mungkin pendidikan dimasa dulu, diera dimana keraton, candi, keris dan segala macam budaya yang diluhurkan, tidak sama seperti dimasa sekarang, dimana kemajuan, teknologi dan moderenitas menjadi keistemewaan, dan sudah tanpak jelas bahwa ia telah menjadi patokon kehidupan, bahkan dalam pendidikan.
Pendidikan dimasa dulu negeri ini, seperti kita lihat dalam sejarah, telah melahirkan manusia-manusia unggul yang terkenang sebagai pahlawan, pendidikan yang jauh dari kata moderen itu telah melahirkan pejuang-pejuang negeri yang harum namanya sampai hari ini. Ketika kita melihat para pejuang kemerdekaan dimasa awal, seperti imam bonjol, sultan syarif hidayatullah, Pangeran Dipenogoro, RA Kartini, mereka adalah insan-insan yang dididik dimasa lampau bukan?, kurikulum seperti apa? Model pembelajaran seperti apa? sehingga dapat melahirkan para tokoh-tokoh yang bukan hanya pintar dan luhur budi pekertinya, akan tetapi juga memiliki jiwa yang besar, keberanian yang nyata, sabdanya didengar, sehingga dapat melahirkan perang besar melawan penguasa lalim.
Disisi lain kita mencoba kembali melihat kepada realita saat ini, dimasa para pemuda, penerus bangsa ini, telah terjamu dengan keelokan moderenitas dan teknologi, mal-mal berdiri berjejeran ramai dengan para pewaris negeri, warnet, game online sudah mendara daging, mereka sudah tidak mengenal dan lupa pada budayanya sendiri, atau mungkin yang lebih parah bahwa negeri ini pada awalnya sebenarnya menjujung tinggi nilai sosial dan budi yang luhur, akan tetapi mari kita lihat kembali televisi kita, pemerkosaan, narkoba, tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, seakan telah menjadi budaya mereka. Ini saat ini, bagaimana tiga puluh, lima puluh tahun mendatang? Ini hanya masalah budaya dan sosial bangsa ini, bagaimana dengan masalah-masalah urgen lainnya, seperti politik dan pemerintahan yang sedang kritis. Dari sini kita dapat menarik sebuah pertanyaan, dimana pendidikan, yang kita dengar bahwa pendidikan adalah solusi, pendidikan yang dapat membangkitkan keterpurukan jepang setelah perang dunia kedua sehingga dapat menjadikan negeri samurai tersebut tergolong negeri yang maju saat ini, bagaimana dengan pendidikan negeri ini.
Sebenarnya, menurut hemat penulis, pendidikan negeri ini dimasa lalu telah menunjukkan keluhurannya, pendidikan yang terpancar dari pesantren-pesantren pelosok, surau-surau, telah dapat melahirkan para tokoh-tokoh yang seperti telah dijelaskan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa tradisi kita, warisan leluhur kita telah memberikan contoh kepada kita, akan tetapi contoh itu sedikit yang dapat melihat. Seharusnya kita tidak lupa akan warisan leluhur kita, sebagai mana yang telah dikatakan oleh proklamator bangsa, bahwa bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak lupa pada warisan leluhurnya.

Tidak ada komentar: